Sabtu, 03 Maret 2018

Unwelcome Love Part 4





Judul: Unwelcome Love
Genre: Romance, Drama

Warning:
Cerita ini hanyalah khayalan absurd-ku semata, semua nama yang digunakan sebagai karakter di Fanfic ini bukan milikku, begitu juga Arirang dan Yusung Group


Part-4: Addicted

Empat Bulan Kemudian

Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa empat bulan telah berlalu sejak aku menjadi menantu keluarga Yusung Grup. Kehidupanku tidak banyak yang berubah, kecuali aku kini tinggal di apartemen bersama pria yang bernama Jo Hyun Jae. Haruskah aku memanggilnya suamiku? Aku malah merasa kami hanya teman satu apartemen saja.

Sesuai keinginanku, kami tidur di kamar terpisah dan selalu menjaga privasi masing-masing. Aku sibuk dengan Arirang dan Hyun Jae pun sibuk dengan tugasnya sebagai Presiden Direktur Yusung Grup setelah Ayahnya resmi pensiun sejak kami menikah.

Akhirnya aku paham mengapa dia membutuhkan seorang istri, itu karena dewan direksi tidak ingin menyerahkan jabatan Presdir jika dia masih berstatus seorang duda. Sekali lagi aku merasa dimanfaatkan. Tapi apa dayaku, aku hanya bisa menerimanya, toh pernikahan ini sama sekali tidak merugikanku, kecuali kenyataan bahwa aku kini berstatus istri orang. Malah status itu pun membantuku melarikan diri dari tuntutan para tetua yang selama ini meributkan bahwa aku harus segera menikah jika ingin melanjutkan jabatanku sebagai Kepala Koki Arirang sebelum aku menikah dengan Hyun Jae.

Kehidupan pernikahan kami sangat tenang, meski tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing, namun kami sepakat untuk berakting di hadapan orang lain bahwa kami adalah pasangan yang berbahagia untuk meredam spekulasi bahwa pernikahan kami adalah pernikahan bisnis, walaupun sebenarnya hal itu sudah menjadi rahasia umum.

Pagi ini seperti biasanya aku menyiapkan sarapan untuk Hyun Jae. Selama ini Hyun Jae tidak pernah protes dengan jenis makanan yang aku hidangkan untuknya. Terkadang aku memasakannya menu baru yang tidak pernah aku masak sebelumnya, dan dia tetap menyantapnya dengan tenang tanpa protes. Hari ini pun aku memasak menu baru yang aku buat untuk Arirang namun reaksinya hari ini berbeda dengan biasanya.

Hyun Jae baru saja mencoba makanan itu satu suap dan dia sudah mengerutkan keningnya, apakah ada yang salah masakanku hari ini?

“Apakah ini menu baru mu lagi untuk Arirang?” Hyun Jae bertanya tanpa basa basi, aku sedikit terperangah, jadi selama ini dia tahu jika selama ini aku sering menjadikannya sebagai kelinci percobaan?

“Bagaimana kau tahu?”

“Karena rasa masakanmu selalu berbeda setiap kali menghindangkan menu baru yang kau ciptakan, aku tidak pernah protes karena tidak yang salah dengan rasanya, namun untuk menu kali ini sepertinya belum layak disajikan pada para pelanggan Arirang”

“Apakah ada yang salah dengan masakannya?” Bukannya tersinggung, aku malah jadi penasaran dengan alasannya, aku merasa sudah mengolah makanan itu dengan sebaik mungkin dan saat aku mencobanya tadi aku merasa tidak ada yang salah dengan rasanya.

“Kau merebus dagingnya untuk membuat rasanya lebih empuk kan?”

“Nde”

“Tapi ini malah merusak rasanya setelah beberapa menit, saat kau mencobanya setelah selesai memasak, mungkin tidak akan terasa, tapi air rebusannya membuat rasanya masakan ini menjadi berbeda”

Keningku berkerut dan segera merasakan menu baru yang aku buat tersebut. Hmm,,, Hyun Jae benar, rasanya jauh berbeda dari apa yang aku cicipi tadi.

“Sebaiknya dagingnya nya dikukus saja, sehingga tidak ada air rebusan yang akan merusak rasanya masakanmu”

Aku sempat memikirkan hal itu, namun itu membutuhkan waktu lama, dan manajemen pasti menolak menu baru ku jika dimasak terlalu lama.

“Kau bisa mengukus daging nya sebelum ada yang memesan menu ini, dan membuatnya berada dalam keadaan panas sehingga tetap empuk saat diolah menjadi menu baru mu ini”

Aku terperangah mendengar ucapan Hyun Jae, bagaimana dia tahu apa yang aku pikirkan? Lagipula, darimana dia tahu jika rasa masakan ku rusak karena air rebusannya.

“Tanyakan lah apa yang ingin kau tanyakan, jangan hanya disimpan dalam hati begitu, Hyun Jin-ssi”

“Nde? Akh… iya… bagaimana kau tahu bahwa yang merusak rasa masakannya adalah air rebusannya, bisa saja kan aku salah menambahkan bumbu atau kesalahan lainnya” Aku mencoba berspekulasi

“Karena kau bukan tipe orang seperti itu” Ucapnya penuh keyakinan

“Nde?” Aku tidak mengerti maksud perkataannya, pria ini… dia mahir sekali membuatku kebingungan.

“Kau adalah Kepala Koki Arirang sangat tidak masuk akal jika rasa masakanmu rusak karena salah menambahkan bumbu, dan lagi… aku bisa merasakan apa yang salah dengan rasanya, aku sudah terbiasa merasakan berbagai macam masakan tradisional”

Aku tersenyum kecil saat mendengar pujiannya, yah ini bukan pertama kalinya aku mendengar hal itu, namun ini pertama kalinya aku mendengar Jo Hyun Jae mengakui kemampuan memasakku. Tapi apa maksudnya dia terbiasa dengan masakan tradisonal?

“Aku tidak tahu jika ibumu ahli dalam masakan tradisional” Ya mertuaku memang sangat menyukai masakan dari dapur Arirang, tapi aku tak pernah menyangka dia juga selalu memasakan masakan tradisional untuk keluarganya

“Apakah aku mengatakan bahwa ibuku pandai membuat masakan tradisional Korea?”

“Tidak sih, jika bukan karena itu, mengapa kau bisa sangat peka terhadap rasa masakan tradisional”

“Hmm,,, itu karena aku pernah bekerja sebagai asisten koki di sebuah restoran masakan tradisional saat aku kabur dari rumah” Hyun Jae mengatakan hal itu tanpa beban dan melanjutkan menyantap sarapannya, namun  tidak lagi menyentuh menu baru ku.

Aku tak percaya dengan apa yang aku dengar, dia pernah apa? Kabur dari rumah dan bekerja sebagai Koki? Seorang Jo Hyun Jae? Presdir salah satu perusahaan besar di Korea ini pernah menjadi Koki? Bagaimana bisa?

“Itu pasti bohong kan? Saat kau kabur dari rumah, kau pasti masih sangat muda, mustahil kau sudah bisa menjadi asisten koki”

“Terserah kau mau percaya atau tidak, Hyun Jin-ssi. Tapi bakatku memang sebaik itu, hanya saja… menjadi Koki bukanlah takdirku. Itulah mengapa aku berhenti kerja di restoran itu saat Ayah menemukan keberadaanku”

Mwo? bukan takdirnya? Apakah dia sedang meremehkan ku, karena aku hanya seorang Koki?

“Haaah, mengenang masa lalu di pagi hari membuatku semakin lapar, bolehkah aku menghabiskan semua makanan yang kau buat, kecuali menu barumu itu?”

Aku sudah tidak berminat untuk menjawabnya, toh pada akhirnya dia akan menghabiskannya juga seperti biasanya.

***

“Apakah dia benar-benar bisa mengetahui apa yang salah dengan masakanmu?”

Hye Sun terperangah saat aku menceritakan apa yang terjadi antara aku dan Hyun Jae tadi pagi. Kini kami sedang duduk saling berhadapan di sofa yang ada di ruanganku, atau sejak setengah tahun lalu, ruangan ini menjadi ruangan kami berdua. Hye Sun tadinya menolak membantuku di dapur Arirang karena dia lebih memilih bekerja bersama suaminya di restoran Italia milik mereka.

Namun sejak Hye Sun dinyatakan hamil 7 bulan yang lalu, Ahn Jae Hyun melarangnya untuk bekerja di restoran dan itu malah membuatnya stress karena terlalu bosan hanya berdiam diri dirumah saja. Itulah mengapa aku membujuk Jae Hyun untuk mengijinkan Hye Sun membantuku di Arirang sebagai Konsultan Menu. Aku berjanji tidak akan membuatnya lelah dan tugasnya hanya menentukan menu apa saja yang akan disajikan Arirang setiap harinya.

Sebenarnya pekerjaan Konsultan Menu Arirang biasa dilakukan oleh mantan Kepala Koki Arirang sebelumnya, seharusnya sih memang ibuku yang menjadi Konsultan Menu dan Pra Menu, namun sejak Nenek Choi, Ketua Yayasan Arirang sering sakit-sakitan, ibu pun menjadi sibuk mengurusi masalah yayasan. Jadilah aku merasa sangat terbantu dengan keberadaan Hye Sun sebagai Konsultan Menu.

“Kau juga tak percaya kan? Aku pun tak akan percaya jika aku tidak melihatnya sendiri. Bahkan saat aku mencoba sarannya, apa yang dia katakan terbukti benar. Rasa kuahku tidak berubah jika aku mengkukus dagingnya karena tidak ada air rebusan yang tercampur”

“Daebak. Aku rasa suamimu itu memang jenius. Seandainya dia mengembangkan bakatnya, siapa tahu dia bahkan menjadi koki yang lebih hebat dari kita berdua” Hye Sun malah terpesona pada kemampuan Jo Hyun Jae.

“Jangan pernah katakan itu padanya! Dia akan semakin besar kepala” dengusku kesal karena mengingat dia mengatakan jika menjadi Koki bukan takdirnya. Apa hebatnya bakatnya itu jika dia hanya bisa meremehkan profesi kami.

Hye Sun menatapku dengan wajah bingung, “Mengapa kau kesal? Apakah karena dia mengkritik masakanmu? Ini tidak seperti Seo Hyun Jin yang aku kenal”

Aku menghela nafas panjang, dan mengedikan bahu, “Entahlah, aku hanya kesal saat dia mengatakan bahwa menjadi Koki bukanlah takdirnya, seolah dia sedang meremehkan profesiku”

Hye Sun malah tergelak mendengar keluhanku, “Tentu saja itu bukan takdirnya, dia adalah pewaris perusahaan besar Yusung Group, kenapa menjadi Koki harus menjadi takdirnya? Aku pikir kau memahami itu dengan benar Hyun Jin-a”

“Apa maksudmu?”

“Apakah menjadi Koki adalah impianmu?”

Pertanyaan Hye Sun rasanya menampar egoku. Hye Sun benar, menjadi koki bukanlah impianku saat aku kecil, namun karena Ibu ingin aku menjadi putrinya yang pandai memasak dan bisa menjadi penerusnya aku memupuk impian itu dalam hatiku hingga kecintaanku pada Arirang tumbuh begitu saja dalam hatiku.

“Kau menjadi Koki karena Ibu ingin kau menjadi penerusnya, karena itu adalah takdirmu. Jadi tidak seharusnya kau kesal pada Jo Hyun Jae yang menyia-nyiakan bakatnya hanya karena dia terlahir sebagai pewaris Yusung Grup”

“Kau benar Hye Sun-a, Akh…. Aku jadi merasa semakin kesal karena sudah berpikiran buruk”

“Aku lihat kau agak emosional menghadapi Jo Hyun Jae, mengapa kau tidak mencoba menjalin hubungan baik dengannya. Meskipun pernikahan kalian adalah pernikahan bisnis tanpa cinta, aku rasa tidak ada salahnya jika kalian berteman selama menjalani pernikahan ini”

“Teman? Kami adalah partner bisnis, kurasa berteman dengannya bukanlah ide bagus”

“Mengapa? Menurutku tak ada ruginya jika kalian akhirnya bisa berteman, bukankah kontrak kalian hanya akan berakhir jika kau menemukan cinta sejatimu? Bagaimana kau akan menemukannya jika dia bahkan melarangmu untuk berhubungan dengan pria lain selama kau menjadi istrinya”

Menurut Hye Sun batas akhir kontrak mereka itu hanya akal-akalan Hyun Jae untuk mengikatku selamanya. Rasanya aneh saja jika pria itu hanya akan melepaskanku sebagai istrinya saat aku akhirnya bertemu dengan orang yang benar-benar aku cintai, namun disisi lain, pria itu juga melarangku berhubungan dengan pria lain selama kami berstatus suami istri. Aku juga sebenarnya sempat berpikiran seperti itu, namun aku  tak bisa memikirkan alasan mengapa  Jo Hyun Jae harus mengikatku sebagai istrinya seumur hidup. 

Meski Jo Hyun Jae berjanji jika dia juga tidak akan menjalin hubungan dengan wanita lain selama kami berstatus suami-istri, aku sama sekali tak peduli. Bahkan jika pria itu memiliki anak dengan wanita lain pun itu bukanlah urusanku. Bukan kah kami sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing.

“Kau harus terjebak dengannya seumur hidupmu, Hyun Jin-a, Apa jadinya jika kalian tak bisa akrab? setidaknya sebagai teman”

Aku tahu pendapat Hye Sun adalah solusi terbaik untuk hubunganku dengan Jo Hyun Jae. Namun aku tak yakin bisa berteman dengan pria itu. Hyun Jae memang tak pernah bersikap dingin dan selalu memberikan perhatian kecil terutama saat kami bersama orang lain. Namun aku tak bisa menyangkal, saat kami hanya berdua saja selalu saja ada perasaan canggung diantara kami yang membuatku enggan untuk mengkarabkan diri dengannya.

“Bagaimana bisa aku berteman dengannya jika dia saat kami hanya berdua, aku selalu merasa canggung, dan itu membuatku merasa dia semakin terasa jauh dan tak tergapai” 

Aku sengaja mengalihkan pandangan ku ke arah lain saat mengatakan hal itu. Entahlah, rasanya aku tidak ingin Hye Sun mengetahui perasaanku saat mengatakan hal itu.  Namun aku tahu Hye Sun masih menatapku dengan intens.

“Hmmm mungkin kalian harus memulai kontrak bisnis lain selain kontrak pernikahan”  

Ide Hye Sun kali ini berhasil membuatku kembali menatapnya. Kontrak bisnis lain? Kontrak pertama saja tidak tahu kapan akan berakhirnya, bagaimana bisa mereka membuat kontrak yang lain.

“Maksudmu?”

“Maksudku…. Dengan keahliannya membedakan rasa makanan dengan sangat baik, tak ada salahnya jika kau meminta suami mu itu untuk menjadi Konsultan Pra Menu di Arirang”

Aku terpana mendengar ide Hye Sun, mengapa aku tak pernah memikirkan itu sebelumnya? Selama ini pun aku memang menjadikannya sebagai orang pertama yang mencicipi setiap menu baruku untuk Arirang. Bukankah itu berarti selama ini pun diam-diam aku sudah menjadikan Jo Hyun Jae sebagai konsultan Pra Menu untuk Arirang?

Sejak ibuku sibuk mengurusi masalah Yayasan, terkadang aku bingung pada siapa aku harus berkonsultasi untuk menciptakan menu baru. Apa yang dikatakan Hye Sun seolah memberi angin segar untukku, tak ada salahnya jika aku memintanya untuk menjadi konsultanku secara professional.

“Hye Sun-a! Idemu itu…. Aku menyukainya” tak sedikitpun aku menyembunyikan rasa bahagiaku karena menyetujui ide Hye Sun, namun Hye Sun malah menatap heran padaku.

“Kau menyukainya?”

“Tentu saja! Tapi…. Apakah menurutmu Jo Hyun Jae akan bersedia?”

“Ntahlah, tapi jika menurutmu itu ide yang bagus tak ada salahnya untuk di coba, toh ini untuk memajukan Arirang juga”

Hye Sun tak pernah salah. Tujuan utama pernikahan kami adalah untuk kemajuan Arirang dan Yusung Grup, mungkin aku bisa menjadikan alasan tersebut untuk menekan Hyun Jae bersedia membantuku.

***

Tanpa menyia-nyiakan waktu, sore harinya aku langsung menghubungi Sekretaris Jo Hyun Jae untuk menanyakan jadwal pria itu hari ini, setelah memastikan tak ada lembur dan meeting dengan klien di luar jam kerja, aku segera pulang ke apartemen kami dan membuatkan masakan kesukaan Jo Hyun Jae untuk makan malam.

Aku masih sibuk memasak saat Hyun Jae pulang dan tampak kaget melihatku ada di rumah saat dia tiba di Apartemen

“Hyun Jin-ssi? Kau belum kembali ke Arirang?”

Makan malam memang selalu menjadi jam sibuk di Arirang, biasanya aku pulang ke apartemen untuk menyiapkan makan malam Hyun Jae dan kembali lagi ke Arirang untuk memastikan sajian jam makan malam di Arirang tidak ada masalah. Tapi khusus untuk malam ini aku mempercayakan semuanya pada Koki Kim karena aku memiliki misi khusus untuk merekrut Konsultan Pra Menu yang baru.

“Hari ini Arirang tidak begitu sibuk, para Koki bisa mengatasinya tanpa keberadaanku disana sekalipun, jadi malam ini sepertinya aku bisa menemanimu makan malam” aku langsung tersenyum setelah menjawab pertanyaan Hyun Jae yang masih menatapku heran.

“Begitukah? Baiklah, aku rasa aku akan mandi dan ganti baju dulu sebelum makan malam, apakah tidak apa-apa?”

“Tidak masalah, santai saja, makanan ini masih perlu waktu untuk siap di sajikan”

Hyun Jae tak bertanya lagi dan pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan melepas lelah setelah seharian berada di Kantor.

Selama 4 bulan pernikahan kami, Aku dan Hyun Jae memang sangat jarang makan malam bersama. Apalagi makan malam berdua saja seperti malam ini, mungkin ini baru pertama kalinya. 

Jika tidak ada undangan makan malam dari Keluarga Hyun Jae ataupun keluargaku, aku tak pernah sekalipun berniat absen dari Arirang di jam makan malam. Namun aku selalu pulang untuk menyiapkan makan malam untuk Hyun Jae sebelum dia kembali dari kantor. Meskipun dia tidak pernah meminta hal itu, aku selalu merasa itu adalah kewajibanku sebagai istrinya.

Saat makan malam sudah tertata rapi di meja makan, Hyun Jae keluar dari kamarnya dengan penampilan yang lebih segar dan santai.

“Apakah makan malamnya sudah siap?”

“Ah, Nde, duduklah Hyun Jae-ssi”

Jo Hyun Jae tampak mengaggumi makanan yang terjadi di meja makan

“Tidak biasanya kau memasak makanan kesukaanku, Hyun Jin-ssi. Apakah hari ini hari istimewa?” Tanya Hyun Jae setelah duduk di hadapanku

“Tidak juga, hanya saja…. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu setelah makan malam” jawabku jujur, kukira percuma saja jika aku berbohong padanya tentang alasanku secara khusus makanan kesukaannya

“Aaahhh…. Apakah itu juga yang membuatmu meluangkan waktu untuk menemaniku makan malam hari ini?”

“Hmmm… anggap saja begitu. Aku berharap kau menyukai makanan ini, Hyun Jae-ssi, meski aku tidak tahu apakah rasanya akan se enak buatan ibumu atau tidak”

“Gomawo Hyun Jin-a, Mari kita makan”

Kami pun mulai menyantap makan malam yang kusajikan khusus untuknya. Hyun Jae tampak sangat menikmati makanannya, ini pertama kalinya aku menemaninya makan malam di rumah, dan aku cukup kaget melihat Hyun Jae makan dengan lahap, seperti orang yang tak menemukan makanan selama seminggu. Hyun Jae menghabiskan makanan yang kubuat dalam kurun waktu kurang dari setengah jam. Aku jadi bertanya-tanya apakah hari ini dia melupakan makan siangnya?

“Apakah kau begitu kelaparan?”

“Aku melupakan makan siangku”

Lagi? Ntah keberapa kalinya aku mendengar alasan ini, setiap kali aku bertanya  tentang sisa makan malam yang kubuatkan untuknya, dia selalu berkata dia menghabiskannya dengan alasan yang sama. Jo Hyun Jae melupakan makan siangnya hari itu. Sebenarnya aku ingin bertanya mengapa dia sering kali melupakan makan siangnya, apakah sekretarisnya tak pernah mengingatkannya? Ataukah memang dia selalu sangat sibuk hingga tak ada waktu untuk makan siang.

Haruskah aku membuatkan makan siang untuk suamiku ini? Kok rasanya tidak tega melihat dia makan seperti orang kelaparan saat makan malam, apakah dia selalu makan seperti ini saat makan malam?

“Jadi apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Hyun Jae setelah dia menutup kegiatan makan malamnya dengan meneguk segelas air putih.

Pertanyaannya membuyarkan semua pikiran tentang dia yang selalu melupakan makan siangnya dan mengingatkan aku pada tujuan utama acara makan malam ini.

“Akh itu…. Aku ingin meminta bantuanmu, Hyun Jae-ssi”

“Bantuan? Apakah Arirang kekurangan dana bulanannya?”

Apakah uang menjadi segalanya bagi pria ini? Bagaimana dia selalu berpikir bahwa Arirang hanya membutuhkan uang saja?

“Aniya… ini bukan masalah uang?”

“Lalu?”

Hyun Jae menatapku dengan heran, aku jadi bingung bagaimana harus menjelaskannya. Padahal tadi siang, aku merasa sangat yakin bisa menekannya untuk membantuku. Tunggu, Alasan utama kami menikah. Benar! Kemajuan Arirang dan Yusung Grup adalah segalanya dalam pernikahan kami.

“Begini Hyun Jae-ssi, kau tahu kan… tujuan utama pernikahan kita adalah untuk memajukan Ariranng dan juga Yusung Grup”

“Tentu saja, aku sangat memahami itu”

“Aku… aku ingin meminta bantuanmu demi kemajuan Arirang”

“Hyun Jin-ssi, kau bilang ini bukan tentang uang, lalu apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu memajukan Arirang selain memberikan suntikan dana untuk Arirang?”

Demi Tuhan! Apakah hanya uang dan uang yang ada di dalam otak pria itu? Apakah Arirang sebegitu miskinnya hingga hanya memerlukan uang darinya? Akh tapi dia tidak salah juga sih, aku lupa jika pernikahan kami terjadi karena Arirang membutuhkan suntikan dana operasional dari Yusung Grup. Tampaknya Hyun Jae tak pernah menyadari jika bakatnya untuk membedakan rasa bisa sangat membantu Arirang.

“Tentu saja kau bisa membantu Arirang dengan bakatmu”

“Bakatku?”

“Nde,,, bakat yang kau sia-siakan karena harus memenuhi takdirmu itu”

“Aku tak mengerti…”

Hyun Jae tampak bingung dengan bakat yang aku bicarakan, aku lelah, aku tidak tahu bagaimana menjelaskan semua ini, maka sebelum dia mengeluhkan yang lainnya, aku segera memotong ucapannya tanpa ragu

“Jo Hyun Jae-ssi, aku harap kau bersedia menjadi Konsultan Pra Menu Arirang”

Aku mengatakan permintaan itu dengan sekali napas saja sambil menundukan kepalaku dengan cepat sebagai agar dia bisa mengabulkan permohonanku itu.

“Konsultan Pra Menu?”

Aku mengangkat kepalaku dan menatap pria yang tampak bingung dengan permohonanku, yah…. Bagaimanapun juga akhirnya aku harus menjelaskan tentang bakatnya itu kan?

“Ehm… tadi pagi kau menyarankan ku untuk mengkukus daging nya dari pada merebusnya, aku mengikuti saranmu dan kau benar, rasa kuahnya jadi tidak terganggu. Jadi kupikir….”

“Kau percaya begitu saja padaku?”

“Nde?”

“Maksudku, aku hanya mengkritik menu barumu sekali saja, dan sekarang kau memintaku menjadi Konsultanmu? Bagaimana jika aku hanya kebetulan menyadari rasa kuah yang berubah itu?”

“Tidak mungkin…. Menjadi peka terhadap rasa bukan kan sesuatu yang kebetulan, aku bahkan berlatih bertahun-tahun untuk membedakan setiap bumbu dapur sebelum ibu mengijinkanku berlatih di Arirang, jadi kupikir bakatmu itu, bukan sebuah kebetulan”

Tanpa sadar aku mulai meracau, aku tidak percaya Hyun Jae hanya kebetulan saja bisa membedakan rasa sejeli itu jika hanya sebuah kebetulan. Aku merasa kacau, akh pria ini mengapa mudah sekali mengacaukan pikiranku.

“Aku bersedia”

Tiba-tiba saja Jo Hyun Jae mengatakan hal itu membuatku semakin kebingungan.

 “Ye?”

“Aku bersedia menjadi Konsultan Pra Menu atau apapun lah itu namanya”

“Apakah kau serius?”

“Tentu saja, asalkan aku mendapatkan imbalan yang setimpal”

Akh pria ini, selalu saja berhasil membuatku kaget dengan keputusan tak terduganya. Dan sekarang dia meminta imbalan yang setimpal? Tapi memang itu hak nya sih.

“Itu tidak masalah, aku akan menggajimu sesuai dengan jabatan Konsultan Pra Menu di Arirang, jika kau pikir itu masih kurang, aku bisa memberikan separuh gajiku untukmu”

“Hyun Jin-ssi, apakah kau berpikir aku mengharapkan kau memberiku imbalan uang untuk pekerjaan baruku ini?”

“Lalu imbalan apa yang kau inginkan Hyun Jae-ssi?”

“Makan siang”

Selalu saja begitu, permintaan pria dihadapanku ini lagi-lagi tak terduga

***

“Makan siang?”

Aku mencoba memahami imbalan setimpal yang diinginkan Jo Hyun Jae? Mengapa dia hanya meminta makan siang? Apakah dia ingin aku mentraktirnya makan siang? Ataukah dia ingin aku menemaninya makan siang? Yang kedua itu rasanya mustahil sih, Jo Hyun Jae tau dengan benar, selain makan malam, jam makan siang pun adalah waktu tersibuk Arirang, jika tidak ada keperluan mendesak, aku akan berpikir dua kali untuk meninggalkan Arirang, atau…. Dia ingin makan siang di Arirang?

“Akh… apakah kau ingin aku mentraktir mu makan siang? Tidak masalah, kau bisa datang ke Arirang setiap jam makan siang, kau adalah salah satu investor kami, jadi tentu saja kau tidak perlu membayar semua makanan yang kau inginkan” tawarku tanpa basa basi.

“Aniya.... apa kau pikir aku punya waktu untuk pergi makan siang di Arirang setiap hari?” Hyun Jae langsung menolak tawaran itu, hmmmm iya juga sih, jarak dari Yusung Grup ke Arirang cukup jauh, bisa jadi semua jadwalnya harus disusun ulang karena dia terlalu banyak menghabiskan waktu bolak balik antara Arirang dan Kantornya.

“Lagipula…. meski makanan Arirang sangat enak, aku lebih menyukai masakanmu”

“Nde?”

“Jadi…. Bisakah kau memasakan makan siang untukku setiap hari?”

Tunggu…. Apa yang dia katakan? Dia lebih menyukai masakanku di banding masakan Arirang? Selama  3 tahun ini, hampir semua menu di Arirang adalah ciptaanku, lalu apa bedanya masakanku dengan masakan Arirang? Apakah karena tidak semua makanan di Arirang aku yang memasaknya?

“Sejak kita menikah, aku begitu terbiasa dengan masakan yang kau sajikan di jam sarapan dan makan malam, Hyun Jin-ssi” tanpa menungguku bertanya, Hyun Jae mulai menjelaskan mengapa dia memintaku untuk membuatkannya makan siang.

Aku hanya menatapnya tanpa berkomentar apapun.

“Entah sejak kapan, aku mulai tak berselera setiap kali menyantap makan siangku di luar rumah, sepertinya aku sudah kecanduan masakan mu, apakah kau menambahkan zat adiktif atau semacamnya di masakanmu?”

Mwoya? Zat Adiktif yang benar saja, akh pria ini benar-benar yah… aku jadi bingung apakah dia benar-benar memiliki bakat bisa membedakan rasa? Jika aku memang menambahkan obat di masakanku tentu saja dia akan dengan mudah merasakannya kan?

“Animida, mengapa aku harus melakukan hal itu, kau sangat tidak masuk akal Hyun Jae-ssi” aku langsung menyangkal tuduhan konyolnya tersebut

“Benar juga sih, aku pasti bisa merasakannya jika kau dengan sengaja menambahkan zat seperti itu dalam masakanmu.  Sepertinya lidahku saja yang menjadi sangat terbiasa dengan masakanmu”

Aku tak tahu bagaimana harus menanggapi celotehannya itu. Pembicaraan ini jadi menyimpang dari yang aku predikisikan.

“Jadi? Apakah kau bisa memberikan imbalan yang aku inginkan? Jika tidak bisa, lupakan saja untuk menjadikanku Konsultanmu”

Lega rasanya mendengar Hyun Jae sendiri yang meluruskan tujuan awal pembicaraan ini tentang imbalan setimpal yang dia inginkan. Namun aku tidak suka dengan caranya mengambil kesimpulan sendiri hanya karena aku protes tentang masalah zat adiktif itu.

“Aku bahkan belum mengatakan apapun, mengapa kau seenaknya mengambil kesimpulan Hyun Jae-ssi? Membuat makan siang untukmu, bukan hal yang sulit untukku, tentu saja aku akan melakukannya”

Hyun Jae tersenyum puas, senyum yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Apakah dia begitu bahagia hanya karena aku bersedia memasakan makan siang untukknya?

“Harus kau yang memasak yah? Aku tidak ingin kau memberiku masakan dapur Arirang. Kau harus ingat jika aku memiliki bakat untuk membedakan rasa dengan jeli”

“Araso… Araso”

Setelah terbiasa memasakan sarapan dan makan malam untuk pria yang menjadi suamiku ini, aku rasa membuatkannya makan siang akan menjadi tugas tambahan yang sangat menyenangkan.

bersambung ke part-5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^